
Tantangan Dan Peluang Dalam Pengembangan Teknologi Keamanan Fasilitas Publik – Kemajuan dan kemajuan teknologi yang semakin canggih dan modern muncul dengan sistem yang berbeda di hampir semua lini. Hal ini menyebabkan kebutuhan hidup mengalami peningkatan yang signifikan. Menurut Rochmawan (2008), kebutuhan manusia yang beraneka ragam akan tetapi terus meningkat tanpa henti dalam perkembangan peradaban, ilmu pengetahuan dan teknologi. Demi memenuhi kebutuhan, manusia terus berupaya untuk mengoptimalkan pemuasan keinginannya. Hal ini menjadikan teknologi sebagai aspek penting untuk memenuhi kebutuhan. Sekalipun kebutuhannya terpenuhi – tetapi tidak sesuai dengan keinginannya – orang akan tetap berharap lebih.
Kebutuhan manusia akan pemenuhan barang material sesuai dengan kemajuan teknologi menjadikan internet sebagai sarana media yang tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi, tetapi juga dapat digunakan dalam proses jual beli atau perdagangan. Fenomena ini dikenal dengan istilah “belanja online”. Dengan sinergi antara perdagangan dan teknologi informasi, lahirlah e-commerce. E-commerce adalah penggunaan Internet, situs web, dan aplikasi untuk transaksi bisnis digital antara perusahaan dan individu (Laudon et al., 2014). E-commerce dapat menjadi pilihan alternatif untuk jual beli barang atau jasa secara online. Konsumen tidak perlu menghabiskan banyak energi hanya dengan melihat website untuk melakukan transaksi pembelian.
TEMASEK, BUMN Singapura, dan Google merilis The Opportunity of Indonesia (2017) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan e-commerce di masyarakat Indonesia semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia. Peningkatan ini meningkatkan nilai pasar e-commerce Indonesia. TEMASEK dan Google memprediksi nilai pasar e-commerce Indonesia akan mencapai $81 miliar pada tahun 2025 (Josephine et al., 2020).
Belanja online adalah transaksi yang dilakukan melalui media atau perantara dengan akses internet. Kegiatan ini dilakukan di berbagai situs jual beli online atau jejaring sosial yang menawarkan barang dan jasa yang diperdagangkan. Manfaat belanja online dapat dibagi menjadi empat yaitu kemudahan, informasi, produk dan layanan yang tersedia, serta efisiensi biaya dan waktu (Harahap dan Amanah, 2018). Hal ini dibuktikan dengan masyarakat yang mengubah kebiasaannya dengan berbelanja online karena kemudahan yang ditawarkannya. Orang juga beranggapan bahwa e-commerce adalah sarana untuk mencari hal-hal sederhana, seperti kebutuhan sehari-hari, hobi, dll.
Namun, dibalik segala kemudahan yang didapat, e-commerce juga memunculkan pertanyaan tentang kepedulian konsumen terhadap tanggung jawab atas data pribadi yang dicatat dan dikumpulkan di perusahaan e-commerce. Data pribadi berupa ID konsumen, kata sandi, nomor kartu debit dan kredit, percakapan email, dan informasi terkait pertanyaan konsumen. Dalam kajian bertajuk “Online Shopping Behavior in Indonesia: Case Study” tersebut, terjadi beberapa kasus kebocoran data pribadi. Misalnya pada tahun 2019 terjadi kasus kebocoran data pribadi dari perusahaan e-commerce Tokopedia. Data pribadi yang dijual termasuk alamat email, nomor telepon, dan alamat tempat tinggal dijual seharga $234. Di tahun yang sama, e-commerce Bukalapak juga mengalami kebocoran data sebanyak 13 juta data pribadi pengguna dicuri oleh hacker profesional berjuluk gnosticplayers. Data yang dicuri terdiri dari alamat email, nama pengguna, detail pembelian, alamat IP, dan kata sandi akun. Menanggapi hal tersebut, Bukalapak membenarkan adanya upaya peretasan, namun tidak ada data penting seperti username, password, keuangan atau informasi pribadi lainnya yang berhasil didapatkan para peretas.
Kasus pembocoran data pribadi perusahaan e-commerce ini akan berlanjut hingga tahun 2020. Dilansir Kompas.com, pada Mei 2020 e-commerce Tokopedia kembali mengalami kebocoran data pribadi. Data pribadi yang dijual meliputi alamat email, nama pengguna, jenis kelamin, lokasi, nama lengkap pengguna, nomor ponsel, dan kata sandi. Meski demikian, Tokopedia menyebut informasi pengguna tetap terlindungi. Apalagi Bhinneka.com sebagai e-commerce barang elektronik juga mengalami hal yang sama seperti Tokopedia. Pada bulan dan tahun yang sama, data pengguna Bhinneka.com terjual hingga 1,2 juta pengguna. Kasus seperti ini masih berlangsung, terbukti pada September 2020, kurator e-commerce yakni ShopBack mengaku menemukan akses ilegal ke sistem data pengguna. Meski informasi penting masih aman, ShopBack tetap mengimbau pengguna untuk mengganti password demi keamanan akun.
Fenomena dan kasus kebocoran data ini terjadi akibat perubahan perilaku masyarakat melalui belanja online yang mengalami peningkatan signifikan. Berbagai fenomena dan kasus memiliki dampak tersendiri bagi pengguna e-commerce, terutama yang berdampak pada data pribadi. Data pribadi pengguna e-commerce seringkali terancam dan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini menjadi perhatian pengguna saat menggunakan e-commerce. Oleh karena itu, aspek keamanan harus difokuskan saat memproses data untuk perusahaan e-commerce. Pemerintah dan pengguna e-commerce juga harus bekerja sama untuk mengatasi masalah ini.
Beberapa manfaat data dalam dunia bisnis e-commerce antara lain mengetahui tanggapan dan perilaku konsumen terhadap produk, membantu pengambilan keputusan yang lebih valid dan akurat dari banyak data dan informasi terstruktur, serta membantu meningkatkan citra perusahaan. . karena mereka tahu apa yang diinginkan konsumen dan tren pasar melalui data. Penerapan data dalam e-commerce menawarkan banyak keuntungan dan keuntungan bagi para pemimpin bisnis dengan jumlah konsumen yang banyak. Perusahaan dapat terus mengembangkan sistem dan melayani konsumen dengan lebih baik berdasarkan data perusahaan.
Kehadiran internet telah mengubah sistem dan bagaimana berbagai aspek kehidupan manusia secara cepat dan signifikan. Bagi industri bisnis seperti perusahaan e-commerce, ketersediaan banyak data yang terekam secara digital akan sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan perusahaan. Lautan data ini mengarah pada terminologi, yaitu Big Data. Big Data membuka peluang sebagai strategi dan inovasi bisnis dalam hal mengolah, menganalisis dan menyimpan data dengan volume tinggi dan cepat serta efektif (Pujianto, et.al., 2018).
Konsep Big Data dimulai dengan data dalam berbagai bentuk, seperti teks, angka, dan simbol yang berasal dari fakta tetapi tidak memiliki makna. Data yang diterima diolah menjadi informasi atau hasil pengolahan data baik secara linguistik maupun matematis. Big data mengacu pada tiga karakteristik yaitu 3V: volume, variasi, kecepatan dan ada juga yang menambahkan elemen V lainnya seperti akurasi dan nilai (Chandarana, Parth & Vijaya, 2014). Volume atau kapasitas data adalah ukuran media penyimpanan data yang dapat menampung kapasitas penyimpanan hingga zettabytes berdasarkan IP (Internet Protocol). Selain itu, ada variasi atau variasi data yang mengacu pada keragaman jenis data, sedangkan kecepatan adalah kecepatan pemrosesan data dari sumber yang dihasilkan secara real time. Sedangkan akurasi dan nilai, kebenaran dan nilai berkaitan dengan ketidakpastian data dan nilai manfaat dari informasi yang dihasilkan.
Peluang dan pemanfaatan Big Data sangat potensial di berbagai sektor bisnis dan publik. Pemanfaatan big data dapat dirancang dan diimplementasikan secara lebih efektif dan akurat untuk mencapai tujuan tersebut, hanya dengan memperhatikan aspek keamanan siber dan infrastruktur jaringan. Namun, setiap konsep teknologi canggih juga memiliki beberapa celah dan ancaman keamanan. Oleh karena itu penggunaan big data dan sistem big data juga membutuhkan keamanan dari serangan cyber, agar data tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Penjahat dapat menemukan celah dalam teknologi yang diterapkan oleh pengembang. Teknologi merupakan hasil pengembangan dari produk logika manusia. Melalui pendekatan logis lainnya, banyak penjahat memanfaatkan perang ini dan kemudian dijadikan sebagai pintu pemulihan data suatu organisasi. Di Indonesia, beberapa fenomena kebocoran data menunjukkan rendahnya tingkat keamanan digital Indonesia. Data dari Veritrans dan Daily Social yang diterbitkan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan teratas dalam daftar sepuluh negara yang paling berisiko terhadap keamanan digital.
CEO dan Head of Digital Forensic Indonesia (DFI), Ruby Alamsyah mengatakan, bocoran data yang belakangan terjadi di beberapa situs e-commerce memiliki pola yang hampir sama. Menurut Ruby, hacker mengincar e-commerce karena data yang mereka miliki rentan dan jumlahnya banyak. Selain itu, perusahaan mengamankan kata sandi dengan algoritme hashing khusus, tetapi mereka tidak mengamankan data pribadi lainnya secara optimal. SHA atau Secure Hashing Algorithm merupakan fungsi yang dikembangkan khusus untuk penyedia otoritas keamanan internet untuk menjaga keamanan data (Sinaga, 2019). SHA memiliki variasi yang berbeda berdasarkan tingkat keamanan yang digunakan pada data.
Bagaimana perusahaan mengoptimalkan data mereka dan mencegah ancaman keamanan adalah tantangan dalam menggunakan data besar untuk perusahaan e-niaga. Ini adalah proses yang kompleks dan harus memiliki tata kelola yang jelas untuk setiap perusahaan. Perusahaan e-commerce harus meningkatkan sistem keamanan data dan membuat persentase rendah dari celah keamanan yang dapat diretas. Tingkat kematangan penerapan dan keamanan sistem dan teknologi big data perlu dikembangkan lebih lanjut oleh perusahaan yang menggunakan teknologi ini.
Keamanan data pribadi konsumen yang memasukkan data e-commerce seharusnya menjadi jaminan yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggannya. Ketika konsumen merasa bahwa data pribadinya dilindungi oleh perusahaan e-commerce, mereka merasa bebas untuk menggunakan layanan perusahaan tersebut. Namun jika dilihat dari kasus ancaman keamanan data yang terjadi pada perusahaan e-commerce, bocornya data pribadi menyebabkan hilangnya kenyamanan, keselamatan dan keamanan karena konsumen tidak lagi terjamin. Oleh karena itu, ancaman kebocoran data pribadi secara langsung menimbulkan ancaman privasi bagi konsumen yang memberikan data pribadinya kepada perusahaan e-commerce.
Privasi sangat penting bagi kehidupan manusia. Dengan privasi, setiap orang dapat melindungi identitasnya dalam batas-batas kehidupan sosial. Peran privasi dalam kehidupan sosial masyarakat adalah untuk dapat mengelola informasi yang masuk dan keluar jaringan serta mengumpulkan data dalam masyarakat (Richards and King, 2016). Oleh karena itu, dengan itu