
Tantangan Dan Peluang Dalam Pengembangan Teknologi Kesehatan Telemedicine – Pandemi COVID-19 memaksa kita untuk hidup dalam situasi yang sangat berbeda. Langkah-langkah dan pembatasan kesehatan telah diberlakukan untuk mencegah penyebaran penyakit, mengendalikan wabah, dan membatasi aktivitas sehari-hari masyarakat di berbagai bidang, termasuk bidang kesehatan.
Situasi ini mendorong peningkatan penggunaan telemedicine. Telemedicine adalah layanan kesehatan berbasis teknologi yang memungkinkan penggunanya berkomunikasi dengan dokter secara tatap muka atau jarak jauh untuk informasi diagnostik dan manajemen perawatan pasien. Di Indonesia, meski masih tergolong baru, penggunaan telemedicine sudah banyak diadopsi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, ada empat aspek yang terkait dengan telemedicine, yang bertujuan untuk memberikan dukungan klinis, mengatasi hambatan geografis dan jarak, yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, dan penggunaan berbagai alat IT.
Telemedicine berpotensi untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan dan mengubah kesehatan masyarakat Indonesia. Masalah terbesar yang dihadapi pelayanan kesehatan di Indonesia adalah jumlah dokter yang sedikit dan distribusinya yang tidak normal. Jumlah dokter per orang baru mencapai 4 per 10.000 penduduk, masih di bawah target WHO yaitu 10 per 10.000 penduduk atau satu per 1.000 penduduk di setiap negara.
Rasio dokter Indonesia terendah kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Tiga negara dengan jumlah dokter terbanyak di kawasan ASEAN adalah Singapura 2,3 per 1.000 penduduk, Brunei Darussalam 1,8 per 1.000 penduduk, dan Malaysia 1,5 per 1.000 penduduk.
Saat ini distribusi dokter tidak merata. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, terdapat 11.365 dokter yang bekerja di Jakarta, 10.802 dokter di Jawa Timur, 9.747 dokter di Jawa Tengah, 8.771 dokter di Jawa Barat, dan 3.126 dokter di Banten. Kemudian Bali, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Aceh dan Riu. Saat ini, lima daerah dengan jumlah dokter paling sedikit adalah Gorontalo dengan 383 dokter, Kalimantan Utara dengan 349 dokter, Maluku Utara dengan 324 dokter, Sulawesi Barat dengan 308 dokter, dan Papua Barat dengan 302 dokter.Dengan kata lain, lebih dari separuh dokter bekerja di pulau Jawa.
Ketersediaan telemedicine memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan kesehatan, terutama di daerah yang masih minim dokter. Selain itu, biaya yang lebih tinggi memungkinkan lebih banyak orang mendapatkan manfaat dari layanan melalui telemedicine. Setidaknya ada lima alasan penting untuk mempertimbangkan penggunaan telemedicine, yaitu akses yang lebih baik, keterjangkauan, kenyamanan, permintaan dari ribuan pengguna, dan mengurangi kekurangan tenaga kesehatan komunitas.
Banyak dokter sekarang bekerja melalui layanan telemedicine. Menurut data Ikatan Dokter Indonesia (IDI), 21.500 dokter umum dan 4.500 dokter spesialis terhubung dengan aplikasi Alodokter, 12.000 dokter umum dan 8.000 dokter spesialis di Halodoc, serta 9.000 dokter spesialis dan 2.000 ahli. . Di Klik Dokter, 100 dokter umum dan 1.000 dokter spesialis Aido Health, termasuk 10.000 dokter umum dan 2.500 dokter spesialis, terhubung dengan Good Docter.
Pandemi covid 19 telah mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menggunakan layanan telemedicine, hal ini akan terlihat peningkatan kunjungan aplikasi telemedicine sebesar 600% di tahun 2020, dengan peningkatan pengguna khususnya penyedia layanan Telemedicine harus terus berlanjut. Mereka berusaha meningkatkan kualitas layanan mereka, sehingga pengguna dapat memiliki kehidupan yang baik.
Banyak dokter yang menawarkan jasanya melalui telemedicine dan akan semakin banyak masyarakat yang mendukung pengembangan jasa ini.
Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi oleh penyedia layanan telemedicine, salah satunya adalah distribusi akses internet yang tidak merata di Indonesia sehingga banyak daerah yang tidak cocok untuk layanan ini. Selain itu, masyarakat sangat bergantung pada layanan kesehatan digital dari rumah sakit, namun layanan telemedicine lebih berkembang dibandingkan rumah sakit karena dinilai memiliki ekosistem yang baik. (DOP) Bagi kebanyakan orang, telemedicine bisa menjadi jawaban atas banyak masalah kesehatan. Telemedicine diperlukan untuk mengatasi masalah pemerataan akses pelayanan kesehatan, waktu tunggu yang lama di RS/Puskesmas, serta peningkatan kapasitas dan pengetahuan dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Atau Electronic Health Initiative) merupakan salah satu kebijakan yang didorong oleh WHO World Health Organization sejak tahun 2005. Di Indonesia juga, telemedicine sudah pernah diinvestigasi, meskipun dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2019 (Permenkes No 20/2019). Setidaknya sejak tahun 1990-an.
Meskipun sangat diantisipasi dan belum menjadi pengubah permainan, rumah sakit dan organisasi layanan kesehatan yang berencana menerapkan telemedis akan menghadapi tantangan dan hambatan. Tantangan ini termasuk mengelola masalah infrastruktur, sumber daya manusia, privasi dan keamanan data, dan investasi awal yang mahal.
Menyediakan layanan kesehatan yang lebih terjangkau bagi pasien di daerah pedesaan dan terpencil adalah salah satu manfaat potensial dari telemedicine. Meski jumlah dokter telah melebihi target Kementerian Kesehatan, telemedicine dapat mengurangi permasalahan distribusi tenaga kesehatan yang tidak merata di Indonesia yang lebih terkonsentrasi di perkotaan.
Puskesmas di daerah pedesaan juga mendapat manfaat dari hubungan dengan rumah sakit dan puskesmas lanjutan dan dokter spesialis. Namun, keunggulan ini terhambat oleh infrastruktur TI yang tidak memadai.
Layanan telemedicine yang disediakan melalui panggilan video dan mengirimkan data diagnostik (seperti gambar X-ray dan MRI) memerlukan koneksi Internet yang memadai. Jaringan negara maju seperti USA
Telemedicine adalah aplikasi teknologi informasi di bidang kesehatan, sehingga para profesional IT membutuhkan bantuan. Namun, keahlian TI bukanlah kompetensi inti dari organisasi layanan kesehatan. Oleh karena itu, risiko rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya mungkin tidak memiliki akses ke tenaga profesional yang ingin membangun dan mengoperasikan sistem telemedis sangat tinggi.
Rumah sakit dan klinik dapat mempekerjakan staf tambahan untuk mendukung dan mengelola layanan pengobatan jarak jauh. Pilihan lainnya adalah dengan menggunakan jasa penyedia solusi telemedicine sehingga rumah sakit dapat fokus pada aspek medis dari layanan telehealth tersebut.
Privasi dan kerahasiaan data pasien juga penting. Sistem telemedicine yang digunakan harus dapat menjaga kerahasiaan pasien untuk transfer dan penyimpanan data. Kerahasiaan juga harus dijaga ketika dokter dan petugas kesehatan lainnya berbagi informasi untuk konsultasi atau pertimbangan lain (
Agar layanan telemedis dapat diterima oleh pasien dan dokter, teknologi tersebut harus dapat memastikan privasi dan keamanan data, termasuk ancaman keamanan siber. Keraguan tentang aspek ini mencegah penggunaan telemedicine.
Terlepas dari kemampuannya untuk menyediakan perawatan kesehatan dengan biaya lebih rendah, telemedicine membutuhkan investasi yang signifikan. Investasi ini meliputi infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi (teks, gambar, video) yang diperlukan untuk transmisi data. Ini akan membatasi penggunaan telemedis oleh organisasi layanan kesehatan. Oleh karena itu, sebaiknya Anda memilih penyedia solusi telemedicine yang tepat agar investasi Anda bisa mendapatkan layanan terbaik.
Lintasarta membantu sektor kesehatan Indonesia untuk mengembangkan layanan Telemedicine melalui Lintasarta Telemedicine Lintasarta Telemedicine juga didukung oleh platform yang dapat diintegrasikan ke dalam berbagai layanan pembayaran melalui bank atau e-mobile dan asuransi. Lintasarta Telemedicine mencakup layanan telemedicine yang memungkinkan pasien berkomunikasi jarak jauh dengan dokter dan mengirimkan tele-USG, Tele-ECG hingga radiologi. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang manfaat Lintasarta Telemedicine, Anda dapat menghubungi kami.
Telemedicine Lintasarta Telemedicine Services Telemedicine Lintasarta Perluas Layanan Pesisir ke Pedesaan dan Daerah Terpencil dengan Telemedicine 12 Oktober 2021 534
Layanan Telemedicine Lintasarta Hospital Telemedicine Solusi Telemedicine: Bantu Rumah Sakit Tetap Kompetitif Lintasarta 27 Juli 2021 660
Telemedicine Lintasarta Telemedicine Layanan Telemedicine Telemedicine Adalah Telehealth Perbedaan Telemedicine Dan Telehealth Telehealth Perbedaan Telemedicine Dan Telehealth Lintasarta 21 Januari 2021 11267 Buruknya akses layanan kesehatan Covid-19. Penyebaran virus. Dalam situasi ini,
Jarak dan teknologi seluler adalah pilihan yang bagus untuk pasien. Pandangan ini tercermin dari meningkatnya penggunaan aplikasi telemedicine, sesuai dengan kacamata aplikasinya. Misalnya, sejak Indonesia mengonfirmasi kasus COVID-19 pada bulan Maret, Alodokter melaporkan 32 juta pengunjung situs web dan lebih dari 500.000 diskusi virus corona gratis. Selain itu, GrabHealth mengatakan telah menggandakan jumlah pertanyaan harian menjadi 10.000[i]. Peningkatan jumlah ini mendukung gagasan bahwa telemedicine memiliki dasar
Akses yang mudah untuk mendukung kerja Puskesmas. Namun pertanyaannya, apakah teknologi ini dapat berkontribusi pada tujuan pemerataan pelayanan kesehatan dalam konteks Indonesia?
Telemedicine bukanlah hal baru di Indonesia. Selain aplikasi seperti HaloDoc dan Alodokter, Kementerian Kesehatan merilis Telemedicine Indonesia (Temenin) pada tahun 2017. Temenin dapat dilihat sebagai program telemedicine nasional Indonesia, dengan fitur-fitur seperti teleradiologi, tele-EKG, tele-USG, dan telekonsultasi. dan bekerja sama dengan 200 rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat[ii]. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah fokus pada kemampuan untuk mengembangkan telemedicine. Selain itu, beberapa rumah sakit telah menyediakan layanan telemedicine sendiri secara terpisah dari Temenin.
Sektor kesehatan Indonesia mengikuti tren permintaan telemedicine: survei yang dilakukan di kawasan Asia-Pasifik menemukan bahwa 59% konsumen mengharapkan dokter mereka dapat menjawab pertanyaan melalui telepon atau pesan online daripada menunggu.
Bahkan, telemedicine membantu layanan kesehatan menjangkau banyak tempat, terutama di daerah pedesaan yang belum ada layanan kesehatan fisik. Paling tidak, telemedicine memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk mendiagnosa secara cepat dan memberikan respon yang lebih cepat dan tepat dari tenaga medis yang keluar masuk dalam keadaan darurat. Itu sebabnya telemedicine dapat mendukung layanan kesehatan yang berjuang dengan masalah akses di negara besar dan padat penduduk seperti Indonesia. Selain itu, BPJS Kesehatan akan memanfaatkan telemedicine daripada memberikan pelayanan kesehatan di daerah yang fasilitas fisiknya belum memadai. Ya, ini rencananya