Arsitektur Hijau: Harmoni Antara Bangunan Dan Lingkungan

Arsitektur Hijau: Harmoni Antara Bangunan Dan Lingkungan – Dalam arsitektur dikenal istilah arsitektur biologis, kata biologi berasal dari kata bios (Yunani) yang berarti tumbuhan hidup/alam dan logos (Yunani) yang berarti dunia keteraturan, dunia akal. Perumahan dapat dianggap sebagai struktur organik yang berperan sebagai kulit ketiga manusia (seperti pakaian sebagai kulit kedua). Istilah arsitektur biologis mengacu pada hubungan erat antara manusia dan lingkungan atau lingkungan alam.

Biologi arsitektur memiliki sumber lain, yaitu ilmu tentang hubungan antara manusia dan lingkungan secara umum, tetapi mempelajari hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dan lingkungan dan ilmu arsitektur manusia yang berfokus pada kesehatan. Biologi arsitektur, termasuk banyak ahli konstruksi, Prof. Mag.arch, Peter Schmid, Rudolf Dornach dan Ir. Heinz Frik.

Arsitektur Hijau: Harmoni Antara Bangunan Dan Lingkungan

Sebenarnya, arsitektur biologis bukanlah hal yang baru karena ribuan tahun yang lalu nenek moyang kita mempraktekkan konsep dasar arsitektur biologis ini, yaitu dengan membangun rumah adat (tradisional) menggunakan bahan yang diambil dari alam, tidak boleh kita mengotori dan mengambilnya. Pertimbangkan lingkungan. Desain bangunan yang tahan terhadap segala jenis bencana alam seperti binatang buas dan banjir, tanah longsor, gempa bumi dan bencana lainnya. Rumah adat berbentuk rumah panjang merupakan contoh arsitektur biologis masyarakat Indonesia kuno. Saat gempa Padang tahun lalu, rumah adat yang terbuat dari bambu dan kayu ini terbukti lebih kuat dari rumah atau bangunan lain karena bobotnya yang ringan.

Story About My Life: Menghijaukan Bangunan Di Ibukota Jakarta

Di era sekarang ini, apalagi saat kondisi bumi sedang menghadapi perubahan yang signifikan akibat pemanasan global, bukan tidak mungkin untuk menggunakan arsitektur biologis. Namun tentunya kita tidak boleh membangun bangunan yang mirip dengan rumah adat, karena lingkungan saat ini tidak memungkinkan kita untuk membangunnya. Yang bisa kita lakukan adalah mencoba mendesain rumah yang menggunakan sumber daya (misalnya listrik) secara efisien tanpa mengurangi kenyamanan penghuninya. Selain itu, pentingnya pendekatan lingkungan seperti bersih secara ekologis, membantu menjaga kelestarian ekosistem, menggunakan energi secara efisien, menggunakan sumber daya alam tak terbarukan secara efisien, menekankan penggunaan sumber daya alam terbarukan dengan mendaur ulang lingkungan. dan kualitas lingkungan hidup.

Inilah konsep arsitektur biologis saat ini yang semakin modern. Arsitektur biologis menggunakan teknologi alam untuk menembus ke dalam kondisi alam yang terancam punah, untuk meningkatkan kualitas hidup, yaitu untuk meningkatkan kualitas bangunan dengan unsur spiritualitas dan material. Bahan bangunan yang digunakan dalam implementasi arsitektur biologis adalah bahan bangunan alami seperti kayu, bambu, jerami, alang-alang dan ijuk. Perencanaan arsitektur biologis selalu menitikberatkan pada bangunan yang sesuai dengan letak bangunan. Teknologinya sederhana, bentuk bangunan ditentukan oleh rangkaian bahan bangunan dan fungsi bangunan untuk memenuhi kebutuhan pokok penghuninya. Arsitektur tradisional adalah contoh arsitektur biologis. Arsitektur ini mencerminkan cara hidup yang terpadu, orisinil, berirama dan dinamis antara kehidupan manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi. Arsitektur ini cocok dengan iklim setempat dan sepertinya semua suku bangsa di Indonesia memiliki arsitektur tradisional.

Melalui konsep arsitektur biologis, arsitek diajak memahami rumah sebagai bangunan organik, untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas bangunan menentukan kualitas lingkungan manusia dengan unsur material dan spiritual. Bahan bangunan yang digunakan dalam penerapan arsitektur biologis adalah bahan bangunan yang diperoleh dari alam. Bahan bangunan alami terbarukan seperti kayu, bambu, jerami, alang-alang dan ijuk digunakan dalam arsitektur biologis. Bahan bangunan alami yang dapat digunakan kembali dalam arsitektur adalah tanah liat, tanah liat, dan batu alam. Pada saat yang sama, bahan bangunan alami yang diproduksi oleh pabrik atau industri adalah batu yang dibakar secara artifisial (batu merah), ubin yang dibakar, ubin yang dipres dan batu yang dipres (batu bata). Perencanaan arsitektur biologis selalu menitikberatkan pada bangunan yang sesuai dengan letak bangunan. Teknologinya sederhana, bentuk bangunan ditentukan oleh kebutuhan dasar penghuninya dan bagaimana bangunan itu dibangun. Struktur bangunan yang digunakan adalah masif (konstruksi tanah, tanah liat dan tanah liat), konstruksi kotak (konstruksi batu alam dan batu merah), dan konstruksi rangka (kayu dan bambu). Berdasarkan pengetahuan tentang bahan bangunan ini, dibuatlah bentuk-bentuk bangunan yang berkaitan dengan sejarah arsitektur.

Arsitektur tradisional adalah contoh arsitektur biologis. Arsitektur ini mencerminkan cara hidup yang terpadu, orisinil, berirama dan dinamis antara kehidupan manusia dan lingkungan secara keseluruhan. Arsitektur tradisional dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi. Arsitektur ini cocok dengan iklim setempat dan sepertinya semua suku bangsa di Indonesia memiliki arsitektur tradisional. Bentuk asli rumah rakyat Indonesia masih dapat dilihat di daerah terpencil seperti Irian Jaya (Papua). Misalnya, arsitektur suku Korowai di Meraku dibangun di atas kayu, namun kehidupan dan tata bangunan suku ini selaras dengan alam. Mereka masih menggunakan alat-alat batu dan kayu. Rumah yang dibangun di atas pohon ini membutuhkan waktu minimal 2 tahun dan mampu menampung 4-5 keluarga. Dinding rumah terbuat dari daun lontar, pohon penghasil sagu. Kulit kayu balsam digiling dengan bilah karang. Cara bermukim dan hidup di Bali mencerminkan gaya hidup yang harmonis antara manusia dan alam. Bentuk bangunan disesuaikan dengan aktivitas dan fungsi penghuninya. Bahan bangunan terbuat dari bahan alami dan dirancang dengan bantuan konstruksi dengan mempertimbangkan iklim setempat. Rudolf Dornach, seorang ahli biologi dan arsitek kelahiran Stuttgart, Jerman, melihat tren yang kuat di mana negara-negara di dunia berusaha membangun rumah dan kota masa depan yang berfokus pada perlindungan lingkungan. Polusi udara menjadi perhatian serius di banyak negara di dunia karena pertumbuhan populasi industri dan perkotaan.

Perancangan Arsitektur 1 By Alshfprm

Arsitektur biologis merupakan pilihan untuk mengurangi kerusakan lingkungan akibat kemajuan teknologi. Direkomendasikan agar area pertumbuhan memiliki dinding dan langit-langit hidup yang menyediakan oksigen dan energi. Di negara-negara berkembang dengan latar belakang budaya yang beragam, seperti Indonesia, pendidikan arsitektur Barat kurang relevan sehingga lebih mudah mengembangkan arsitektur biologis di Indonesia. Arsitektur Barat modern yang dibangun dengan teknologi tinggi seringkali merusak fondasi kehidupan manusia dan lingkungan alam. Arsitektur biologis dibangun terutama dari perkembangan biologis dan dilengkapi dengan ide-ide baru yang mendalam. Ini berfokus pada masa depan ekologi, alternatif dan gaya hidup, pendidikan dan hidup selaras dengan alam. Atap hijau banyak digunakan tidak hanya untuk bangunan besar tetapi juga pada bangunan tempat tinggal. Juga dikenal sebagai aplikasi atap hijau atau

Mulai dari rerumputan, perdu hingga pohon. Desain atap hijau tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga menambah keindahan bangunan.

Penerapan green roof tidak bisa sembarangan. Memiliki atap hijau harus diperhatikan, mulai dari memilih tanaman, melakukan penyesuaian konstruksi bangunan, memikirkan aliran air, tidak akan menimbulkan kerugian dan masalah baru. Namun, dengan kemajuan teknologi dan inovasi, atap hijau menjadi lebih mudah diterapkan di berbagai jenis konstruksi.

Jika Anda ingin menggunakan atap hijau di rumah atau bangunan lain, beberapa proyek atap hijau yang indah dan menakjubkan bisa menjadi referensi Anda.

Gambar Elemen Perbatasan Hemat Energi Perlindungan Lingkungan Hijau, Perlindungan Lingkungan, Kreatif, Energi Png Transparan Clipart Dan File Psd Untuk Unduh Gratis

Karya dari Goose Architects ini menjadi referensi aplikasi atap hijau yang baik untuk rumah di perkotaan. Terletak di Pulau Sentosa Singapura, bangunan hunian berlantai empat ini terlihat sangat asri dan serasi dengan sekitarnya karena dominasi tanaman di atap bangunan. Atap yang diisi rerumputan dan tanaman serupa diyakini menyerap lebih sedikit panas dibandingkan atap konvensional selain memberikan rasa teduh. Hal ini membuat ruangan tetap sejuk, sehingga mengurangi penggunaan AC.

Rumput adalah bagian termudah dari taman atap untuk diterapkan. Seperti kasus Architectt.id di bawah ini. Area rumput utama menciptakan taman atap yang tampak hijau dan indah. Jika Anda memiliki atap datar dan ingin memberi ruang, taman atap hijau seperti ini adalah pilihan yang bagus

Pemanfaatan atap sebagai ruang hijau dapat lebih ditingkatkan dengan hal-hal produktif seperti lahan pertanian. Taman dalam ruangan yang biasanya berada di depan atau belakang rumah, kini dibangun di atas atap rumah. Cara termudah untuk melakukannya adalah dengan menggunakan tanaman pot. Ingat, perhatikan kebocoran untuk menghindari genangan air yang merusak struktur atap. Konsep ini bagus untuk daerah perkotaan seperti menjaga budaya taman.

Penghijauan bisa dilakukan tidak hanya untuk atap datar, tapi juga untuk atap limas yang umum dijumpai pada rumah-rumah di Indonesia. Beberapa rumah menggunakan tanaman rambat jenis ini untuk atap hijau karena dianggap terlalu sederhana. Namun, seperti pada contoh desain yang dijelaskan di atas, tanaman juga bisa menjadi pilihan. Meski membutuhkan konstruksi khusus, atap hijau seperti itu memberikan tampilan baru, unik dan menakjubkan.

Rumah (cony Tan) Di Cluster Harmoni Harapan Indah Di Kota Bekasi, Jawa Barat

Konsep green roof adalah memberikan ruang terbuka hijau pada atap bangunan. Berikut ini dibuat oleh Arsitek Nghia dan mitra Masaki Iwamoto di Nha Trang, Vietnam. Anda akan menghargai ruang terbuka seperti taman di atap gedung. Spesies berkisar dari semak tinggi hingga pohon rendah.

Apalagi dengan pemilihan tanaman yang tepat, akarnya tidak merusak struktur atap. Beragam tanaman sukulen juga mampu menciptakan atap hijau yang indah. Apalagi, karena ditopang di lantai beton, berbagai aktivitas dilakukan dengan lebih leluasa.

Rumah pabrikan ini terlihat lebih menarik dan unik karena menerapkan konsep hijau di bagian atapnya. Green roof sendiri menggunakan tumbuhan liar, sehingga karakternya lebih menyatu dengan alam sekitar. Konsep tanaman seperti ini sangat cocok untuk karakter bangunan yang atapnya tidak menggunakan beton, sehingga atapnya tidak mudah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id
blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id blog.sch.id